Mengenal Dunia Teman Sebaya*

Catatan Kecil yang Disampaikan dalam Seminar OSIS
Aula Taruna Bakti Lt.2, Kamis, 16 Januari 2020

“Tuhan, berilah aku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak bisa aku ubah, keberanian untuk mengubah hal yang bisa aku ubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.”
-Reinhold Niebuhr

Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan rentang antara usia 12–15 tahun adalah masa remaja awal. Satu sisi kamu dianggap sudah memiliki tanggung jawab menuju kedewasaan yang mandiri, tapi di sisi lain, kamu juga dianggap masih anak-anak yang perlu banyak didampingi agar tidak salah langkah. Masa-masa ini disebut dengan masa storm dan stress, masa di mana kamu mengalami fase terbentuknya identitas, yang bisa mencapai identity reputation (identitas sebagai wujud citra diri yang positif) atau malah identity diffusion (kekaburan identitas).

Pada masa ini, lingkungan bisa memengaruhi remaja. Munculnya kekecewaan atau penderitaan dalam lingkungan yang menimbulkan konflik dan pertentangan yang semakin meningkat, impian dan khayalan, hasrat tentang pacaran dan percintaan sampai keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan dapat membuat remaja labil, galau, baper, emosional, dll.

Oleh sebab itu, ketika remaja masuk dunia sebaya, kenali dulu beberapa hal di bawah ini berkaitan dengan dirimu seperti (1) Pertumbuhan Fisik; (2) Perkembangan Seksual; (3) Perkembangan Cara Berpikir Kausalitas, yang berkaitan dengan pola pikir sebab akibat, atau berpikir kritis; (4) Perkembangan Sosial, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosialnya, kemampuan mengatasi segala permasalahan yang timbul, dan mampu juga menampilkan diri tanpa melanggar aturan atau norma yang berlaku; (5) Perkembangan Moral; (6) Perkembangan Kepribadian berkaitan dengan bagaimana berpenampilan, dan kadang-kadang, apa yang ditampilkannya tidak sama dengan pribadinya yang sebenarnya.

Setelah mengenali beberapa hal di atas yang terjadi seiring dengan tumbuh-kembang remaja, perlu juga untuk menyadari beberapa masalah dalam Dunia Teman Sebaya di masa remaja, diantaranya :

[1] Persoalan Keluarga. Setiap keluarga memliki ceritanya masing-masing. Di usia ini, sering terjadi situasi saling membandingkan antar keluarga, takut dibandingkan antar saudara (anggota keluarga), hingga kemudian muncul krisis identitas, sampai pada anxiety atau perasaan cemas yang berlebihan. Menghadapi persoalan ini, proteksi dirimu dengan keyakinan bahwa setiap individu adalah istimewa, dan ketika situasi mentalmu mengalami down, berani curhat pada orang dewasa terdekat di keluarga dan/atau di sekolah.

[2] Pertemanan, Kelompok Pertemanan, Geng, Peer Group. Persoalan yang bisa muncul berkaitan dengan persoalan pertemanan ini paling besar berupa Krisis Identitas dan Kecemasan (takut tidak diterima dalam kelompok pertemanan mana pun, atau malah takut jika tidak mengikuti aturan ‘kelompok’ maka tidak akan dianggap teman dan dijauhi). Lebih jauhnya, ketidaksesuaian diri dengan aturan pertemanan, sangat mungkin menyebabkan Bullying, Labelling, Body-Shaming. Menghadapi persoalan ini, lalukan Proteksi Diri melalui Self-Acceptance i atau Penerimaan Diri bahwa “Aku Istimewa”, serta selalu berusaha menghindari kebiasaan SOK (Salahkan, Omeli, dan Kritik) ketika berada dalam sebuah kelompok pertemanan.

[3] Pergaulan antara Laki-Laki Perempuan. Sebab karena remaja awal adalah masa awal perkembangan dan pertumbuhan fisik dan seksual, di usia ini, mulai muncul Masalah Cowok-Cewek yang biasanya ditunjukkan dengan Rasa Tertarik, Rasa Ingin Tahu antar lawan jenis. Tidak jarang, keingintahuan ini menjadi sesuatu yang sulit dikendalikan, bahkan sampai bisa mengganggu konsentrasi dalam belajar. Menghadapi persoalan ini, selalu Proteksi Diri dengan menjadi Tak Tersentuh, Tak Menyentuh. Artinya, tidak salah dengan memperluas pergaulan antar cewek-cowok, tapi tetap ingat untuk selalu menjaga agar tidak ada siapapun yang boleh menyentuhmu pada bagian yang vital, termasuk juga menjaga sikap, perbuatan dan kata-kata agar tetap dapat menjaga kehormatan masing-masing sebagai teman.

“Persahabatan adalah sesuatu yang menciptakan kesetaraan dan kebersamaan, bukan berlandaskan atas pemberian hadiah atau berdasarkan mencari keuntungan semata.”
-Rowan D. Williams

“Seni menjadi diri sendiri adalah bagaimana kau menunjukkan secara apa adanya dirimu sendiri pada orang lain. Jadilah lembut pada diri sendiri, belajar mencintai diri sendiri, memaafkan diri sendiri, karena hanya dengan memiliki sikap yang tepat terhadap dirimulah maka kau dapat memiliki sikap yang benar terhadap orang lain.”
-Wilfred Peterson

Jadi, Sebagai Remaja, Aku Harus Bagaimana?

  • Memahami bahwa SMP adalah sebuah tahap mula dalam menjadi remaja.
  • Tetap konsisten dalam beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.
  • Belajar untuk Menerima terhadap Keberagaman.
  • Pengembangan keterampilan sosial.
  • Lebih dekat pada Lingkungan Keluarga.
  • Mentaati peraturan sekolah pada setiap aspek pengembangannya
  • Mengikuti berbagai kegiatan yang positif.
  • Jangan ikut-ikutan teman.
  • Pulang tepat pada waktunya.
  • Istirahat dan makan yang cukup.
  • Menjaga diri dari Pergaulan Bebas.
  • Tidak menggunakan media sosial di internet untuk hal yang negatif.
  • Menyempatkan waktu untuk berolahraga

Dan paling penting, sebagai diri yang sedang terus membangun jati diri, selalu ingat untuk “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Bergaul dengan bijak adalah dengan memperlakukan teman secara baik, menjaga kehormatan teman dan diri sendiri secara baik, dan selalu percaya bahwa setiap orang adalah istimewa, termasuk kamu.***

*Agustina Kusuma Dewi, Trainer, Dosen, Pengarang Buku adalah juga Ibu dari empat orang anak, memiliki ketertarikan pada dunia pendidikan dan pengembangan kreativitas bagi anak usia dini dan remaja. Saat ini tengah menempuh studi Doktoral di FSRD ITB. Untuk korespondensi lebih lanjut dapat menghubungi agustinakusumadewi.3881@gmail.com atau www.facebook.com/inabicara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *